“.....Saya berdoa agar
kita akan lebih peka terhadap dunia di sekitar kita dan tidak dibutakan oleh
alam egois kita sendiri dan kepentingan. Saya berharap gambar ini akan selalu
menjadi pengingat bagi kita bahwa betapa beruntungnya kita dan bahwa kita tidak
harus mengambil sesuatu untuk diberikan.” - Kevin carter -
Foto ini memenangkan pulitzer feature photography tahun
1994, penghargaan
jurnalis yang paling bergengsi .foto ini mengisahkan seorang anak korban konflik di Suddan sekitar thn 1993,
sedang merangkak menuju ke Tempat penampungan pengungsi milik PBB dengan
diikuti oleh burung pemakan bangkai di belakangnya menunggu untuk memangsa
bangkai anak tersebut. Foto ini diambil oleh Kevin Carter (lahir 13
September 1960 – meninggal 27
Juli 1994 pada umur 33 tahun) seorang wartawan foto Africa Selatan.
Saat memotret, Carter berlutut sekitar 20 menit di
depan anak itu. Burung bangkai datang belakangan, lalu Carter menggunakannya
sebagai latar belakang. Dia sempat menunggu burung bangkai itu mengembangkan
sayapnya, tapi mungkin burung bangkai itu tidak mau menarik perhatian karena di
sekitar lokasi itu cukup ramai. Bahkan orang tua si gadis kecil lagi sibuk
ngambil makanan. Setelah mengambil gambar, Carter lalu mengusir si burung.
Dalam
buku berjudul “The Boy who Became a Postcard”, Joao Silva yang bersama Carter
di tempat pemotretan bertutur kepada penulis Jepang, Akio Fujiwara.
Saat itu, tanggal 11 Maret 1993, Carter dan Silva mendarat di
bagian utara Sudan untuk meliput kelaparan parah yang sedang terjadi di sana.
Mereka berdua turun dari pesawat PBB yang memang akan menurunkan bantuan
pangan. Tim kesehatan PBB memberi tahu keduanya bahwa mereka akan tinggal
landas lagi 30 menit kemudian.
Dalam 30 menit itu, tim PBB memang membagi-bagikan makanan. Carter
dan Silva cukup terkesima melihat orang-orang kelaparan yang berebut makanan
pembagian. Anak yang dipotret Carter pun dipotret Silva walau tidak
dipublikasikan. Menurut Silva, Carter memotret dari jarak sekitar 10 meter dan
di belakang Carter adalah suasana orang ramai berebut makanan.
Satu yang penting dari kejadian itu adalah seusai memotret, Carter
duduk di bawah pohon dan tampak tertekan.
”Dia berkata rindu dan ingin memeluk Megan, putrinya,”
kata Silva. Carter memang punya seorang anak perempuan bernama Megan, kelahiran
1977, di luar nikah dengan Kathy Davidson, seorang guru sekolah.
Dua bulan setelah menerima penghargaan Pulitzer,
Carter bunuh diri. Di usia 33 tahun, Carter mengakhiri hidupnya dengan cara
menghirup gas beracun dalam sebuah truk merah yang berada di halaman rumah,
tempatnya bermain semasa kecil. Seperti kebanyakan orang yang melakukan bunuh
diri, ia meninggalkan catatan yang menunjukkan bagaimana ia dihantui oleh
ingatan tentang pembunuhan, kemarahan, kesakitan, ketidakadilan, dan kelaparan
yang pernah ia liput lewat kameranya.
surat yang ditinggalkan Carter berisi tulisan sebagai berikut:
”I am depressed … without phone … money for rent … money for child
support … money for debts … money!!! … I am haunted by the vivid memories of
killings and corpses and anger and pain … of starving or wounded children, of
trigger-happy madmen, often police, of killer executioners… I have gone to join
Ken if I am that lucky…”
Yang artinya kurang lebih yaitu
"Aku depresi ... tanpa
telepon ... uang untuk menyewa ... uang untuk mendukung anak ... uang ... uang
utang! ... Saya dihantui oleh kenangan hidup tentang pembunuhan dan mayat-mayat
dan kemarahan dan rasa sakit ... kelaparan atau anak-anak terluka, orang-orang
gila memicu-senang, sering polisi, dari algojo pembunuh ... Aku pergi untuk
bergabung dengan Ken jika saya yang beruntung".
Kevin Carter
Tidak ada komentar:
Posting Komentar