.

Selasa, 30 Juli 2013

Kevin Carter

“.....Saya berdoa agar kita akan lebih peka terhadap dunia di sekitar kita dan tidak dibutakan oleh alam egois kita sendiri dan kepentingan. Saya berharap gambar ini akan selalu menjadi pengingat bagi kita bahwa betapa beruntungnya kita dan bahwa kita tidak harus mengambil sesuatu untuk diberikan.” - Kevin carter -



    Foto ini memenangkan pulitzer feature photography tahun 1994, penghargaan jurnalis yang paling bergengsi .foto ini mengisahkan seorang anak korban konflik di Suddan sekitar thn 1993, sedang merangkak menuju ke Tempat penampungan pengungsi milik PBB dengan diikuti oleh burung pemakan bangkai di belakangnya menunggu untuk memangsa bangkai anak tersebut. Foto ini diambil oleh Kevin Carter (lahir 13 September 1960 – meninggal 27 Juli 1994 pada umur 33 tahun) seorang wartawan foto Africa Selatan.

   Saat memotret, Carter berlutut sekitar 20 menit di depan anak itu. Burung bangkai datang belakangan, lalu Carter menggunakannya sebagai latar belakang. Dia sempat menunggu burung bangkai itu mengembangkan sayapnya, tapi mungkin burung bangkai itu tidak mau menarik perhatian karena di sekitar lokasi itu cukup ramai. Bahkan orang tua si gadis kecil lagi sibuk ngambil makanan. Setelah mengambil gambar, Carter lalu mengusir si burung.

   Dalam buku berjudul “The Boy who Became a Postcard”, Joao Silva yang bersama Carter di tempat pemotretan bertutur kepada penulis Jepang, Akio Fujiwara.
Saat itu, tanggal 11 Maret 1993, Carter dan Silva mendarat di bagian utara Sudan untuk meliput kelaparan parah yang sedang terjadi di sana. Mereka berdua turun dari pesawat PBB yang memang akan menurunkan bantuan pangan. Tim kesehatan PBB memberi tahu keduanya bahwa mereka akan tinggal landas lagi 30 menit kemudian.

Dalam 30 menit itu, tim PBB memang membagi-bagikan makanan. Carter dan Silva cukup terkesima melihat orang-orang kelaparan yang berebut makanan pembagian. Anak yang dipotret Carter pun dipotret Silva walau tidak dipublikasikan. Menurut Silva, Carter memotret dari jarak sekitar 10 meter dan di belakang Carter adalah suasana orang ramai berebut makanan.

Satu yang penting dari kejadian itu adalah seusai memotret, Carter duduk di bawah pohon dan tampak tertekan.

”Dia berkata rindu dan ingin memeluk Megan, putrinya,” kata Silva. Carter memang punya seorang anak perempuan bernama Megan, kelahiran 1977, di luar nikah dengan Kathy Davidson, seorang guru sekolah.
Dua bulan setelah menerima penghargaan Pulitzer, Carter bunuh diri. Di usia 33 tahun, Carter mengakhiri hidupnya dengan cara menghirup gas beracun dalam sebuah truk merah yang berada di halaman rumah, tempatnya bermain semasa kecil. Seperti kebanyakan orang yang melakukan bunuh diri, ia meninggalkan catatan yang menunjukkan bagaimana ia dihantui oleh ingatan tentang pembunuhan, kemarahan, kesakitan, ketidakadilan, dan kelaparan yang pernah ia liput lewat kameranya.

surat yang ditinggalkan Carter berisi tulisan sebagai berikut:
”I am depressed … without phone … money for rent … money for child support … money for debts … money!!! … I am haunted by the vivid memories of killings and corpses and anger and pain … of starving or wounded children, of trigger-happy madmen, often police, of killer executioners… I have gone to join Ken if I am that lucky…”

Yang artinya kurang lebih yaitu 
"Aku depresi ... tanpa telepon ... uang untuk menyewa ... uang untuk mendukung anak ... uang ... uang utang! ... Saya dihantui oleh kenangan hidup tentang pembunuhan dan mayat-mayat dan kemarahan dan rasa sakit ... kelaparan atau anak-anak terluka, orang-orang gila memicu-senang, sering polisi, dari algojo pembunuh ... Aku pergi untuk bergabung dengan Ken jika saya yang beruntung".


Kevin Carter

Tidak ada komentar:

Posting Komentar